PerubahanPertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disahkan dalam Rapat Paripurna MPR ke-12 pada tanggal 19 Oktober 1999, yang merupakan rangkaian dari Sidang Umum (Tahunan) MPR Tahun 1999 yang berlangsung pada tanggal 14-21 Oktober 1999. Perubahan ini secara garis besar bertujuan untuk membuat kekuasaan legislatif dan
SidangBPUPKI yang pertama membahas tentang rumusan dasar Negara Indonesia merdeka. Untuk mendapatkan rumusan dasar Negara yang benar - benar tepat, maka acara dalam siding ini adalah mendengarkan pidato dari 3 tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yaitu Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno.
1Hasil Sidang Ppki a.)Hasil Sidang Pertama PPKI 18 Agustus 1945 Pengesahan UUD 1945 Sidang PPKI pertama dilaksanakan di sebuah Gedung Cuo Sangi In di Jalan Pejambon. Pada rapat ini Soekarno-Hatta meminta sejumlah tokoh untuk merevisi ulang kembali piagam Jakarta, khusunya pada kalimat "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
Usulanmengenai dasar Indonesia merdeka dalam Sidang Pertama BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Dalam mengusulkan rancangan dasar negara Indonesia merdeka, Mr. Mohammad Yamin menekankan bahwa:
. - Pada tanggal 17 Juli 1945, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI menyelesaikan sidangnya dan menerima Rancangan Undang-Undang Dasar. Pada titik inilah untuk pertama kalinya bangsa Indonesia memiliki dasar negara dan rancangan hukum dasar tertulis. Selang satu bulan setelahnya, badan lain yang bernama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI dibentuk untuk melanjutkan tugas BPUPKI. Adapun tugas utama PPKI ialah membahas kembali dan mengesahkan rancangan UU Dasar dari BPUPKI. Peristiwa bersejarah itu terjadi tepat pada hari ini, 18 Agustus 1945, 74 tahun BPUPKI, PPKI merupakan badan yang dibentuk Jepang untuk menjawab janji kemerdekaan Indonesia. Badan ini dirancang oleh Komando Militer Tertinggi Jepang dalam sebuah pertemuan rahasia di Saigon, Vietnam Selatan, pada 7 Agustus 1945. Alasannya, Jepang ingin agar persiapan pembentukan pemerintahan Indonesia merdeka dapat dipercepat. Di balik usaha tersebut, Jepang menghendaki jaminan imbalan atas kemerdekaan yang diberikan. Negeri yang mengaku saudara tua ini ingin supaya Indonesia mau mendukung negara induk yang tengah dirundung kekalahan pasca peristiwa pengeboman atom Kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Oleh karena itu, Jepang berusaha mendekati kaum nasionalis dari golongan tua, khususnya Sukarno. Marsekal Terauchi, Panglima Tertinggi Pasukan Jepang di Asia Tenggara, secara sembunyi-sembunyi menerbangkan Bung Karno ke Saigon untuk dilantik sebagai ketua PPKI. “Kami berangkat pada pukul lima pagi, secara rahasia. Ada perintah, dilarang memberi tahu keberangkatan itu kepada siapa pun, meski keluarga sendiri,” kata Sukarno kepada Cindy Adams dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat 2007 247. Turut hadir Mohammad Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat dalam lawatan mencekam bersama puluhan pembesar militer Jepang itu. Secara berurutan, mereka kemudian turut dilantik sebagai wakil ketua dan perwakilan anggota PPKI. Menurut ingatan Bung Karno, sebelum diberi tahu bahwa salah satu kota terpenting di Jepang telah rata akibat bom atom, baik dirinya maupun Hatta tidak mengerti apa yang sedang direncanakan oleh Jepang. Terauchi hanya memberi tahu bahwa Tenno Heika Kaisar Jepang menyerahkan proses kemerdekaan sepenuhnya kepada bangsa Indonesia. Untuk itu, Terauchi setuju untuk tidak melibatkan orang-orang Jepang dalam PPKI. Sukarno mencerna perkataan Terauchi dengan sikap hati-hati. Menurutnya rencana memproklamasikan kemerdekaan dan mengesahkan rancangan UU Dasar yang menjadi tugas PPKI harus dilakukan secara perlahan tanpa pertumpahan darah. Pramoedya Ananta Toer, dkk, dalam Kronik Revolusi Indonesia Jilid I 1999 19 mencatat adalah Sukarno sendiri yang mengusulkan agar PPKI memulai tugasnya sekitar tanggal 25 Agustus 1945 yang diikuti oleh anggukan Terauchi. Setelah rombongan Sukarno kembali ke Indonesia, para anggota PPKI bersepakat untuk menyelenggarakan sidang pertama pada 16 Agustus 1945. Keputusan tersebut diambil menyambung penetapan nama-nama pengurus yang terdiri dari 21 orang. Mereka terdiri dari perwakilan-perwakilan dari seluruh wilayah Nusantara. Rencana dan niatan Sukarno untuk berhati-hati dalam merencanakan kemerdekaan mendapat tentangan keras dari pada pemuda revolusioner. Golongan muda seperti Sutan Sjahrir, Wikana, dan Chairul Saleh terang-terangan menentang sikap lunak yang ditunjukan Dwitunggal Sukarno-Hatta. Bahkan, mereka mulai menuduh Sukarno berada di pihak Jepang. Setelah melewati serangkaian perdebatan yang diwarnai perang urat syaraf antara golongan tua dengan golongan muda, akhirnya Sukarno-Hatta setuju untuk menunda sidang PPKI dan memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Peristiwa bersejarah ini dilanjutkan dengan sidang PPKI pertama satu hari setelahnya. Infografik Mozaik Sidang Pertama PPKI. Dasar yang Menyatukan Bangsa Rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 bertempat di Gedung Pancasila. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini bernama Gedung Tyuuoo Sangi-in yang beberapa bulan sebelumnya dijadikan lokasi merumuskan Pancasila dan rancangan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Menurut catatan St. Sularno dan D. Rini Yunarti dalam Konflik di Balik Proklamasi BPUPKI, PPKI, dan Kemerdekaan 2010 112, para pengurus PPKI sempat menghadapi permasalahan penting seputar rancangan UU Dasar yang sebelumnya sudah pernah dibahas Panitia Sembilan dalam sebuah rapat tanggal 22 Juni 1945. Sebelum disahkan, para anggota PPKI didesak untuk membahas kembali kalimat yang termaktub dalam Pasal 6 Ayat 1 tentang calon Presiden dan Wakil Presiden beragama Islam. Dilanjutkan dengan revisi Pasal 29 Ayat 1 tentang agama yang sebelumnya berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Hal tersebut diupayakan untuk mengantisipasi keluhan beberapa anggota PPKI dari wilayah Indonesia Timur, seperti Sam Ratulangi, Tadjoedin Noor, Pangeran Noor, I Ketut Pudja, dan Latuharhary. Seusai upacara di Pegangsaan Timur 56 tanggal 17 Agustus secara berurutan mereka kembali menyatakan keberatan dengan kalimat-kalimat yang cenderung Islamsentris. Akibatnya, sidang yang dijadwalkan dibuka pada pukul harus mundur menjadi pukul dengan penambahan anggota sebanyak 6 orang. Saat akhirnya sidang dapat dibuka, Sukarno selaku ketua langsung mengutarakan bahwa perubahan yang penting-penting saja yang akan dibahas agar pekerjaan mengesahkan UU Dasar dan memilih Presiden dan Wakil Presiden dapat dilaksanakan dalam persidangan di hari yang sama. Hatta kemudian memperjelas apa yang dipaparkan Sukarno dalam pidato pembukaan ketua sidang tersebut. Setidaknya ada dua usulan Hatta yang menunjukan keinginan menghapus penyataan yang meruncing ke arah Islam agar tidak menimbulkan persepsi yang keliru, sebagaimana dicatat dalam Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI 28 Mei 1945 - 22 Agustus 1945 1995 415. Mavis Rose dalam Biografi Politik Mohammad Hatta 1991 208 mencatat bahwa sejak awal Hatta memang sudah menyadari bahwa tidak semua suku di Indonesia dapat menerima rancangan UU Dasar yang baru saja dirumuskan. Seorang perwira Angkatan Laut Jepang bahkan berulang kali mengingkatkan Hatta tentang kelompok-kelompok Kristen di wilayah Indonesia Timur yang merasa keberatan menerima klausa Pancasila dan UUD yang menyebut masalah kewajiban Islam. Untuk mengatasi persilangan keyakinan yang ada, Hatta berusaha membujuk salah seorang anggota PPKI sekaligus pemimpin Muhammadiyah Jawa, Ki Bagus Hadikusumo supaya tidak berkeberatan jika kalimat-kalimat yang meruncing ke arah Islam dihilangkan. Bujukan Hatta nyatanya berbuah hasil. Dalam memoarnya, Hatta menuliskan bahwa dua orang pemimpin Islam yang hadir dalam sidang PPKI saat itu benar-benar memikirkan masa depan dan persatuan bangsa. “Inilah perubahan yang maha penting menyatukan segala bangsa,” kata Hatta di hadapan peserta sidang. Berdasarkan catatan St. Sularno dan D. Rini Yunarti, pembahasan UU Dasar dalam sidang PPKI dapat dirampungkan tidak lebih dari dua jam. Tepat pada pukul peserta sidang berhasil mencapai mufakat dilanjutkan dengan pengesahan Rancangan dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, dengan Pancasila sebagai dasar negara. Menurut risalah rapat, sidang yang dilanjutkan hingga jelang sore itu bisa dengan segera menunjuk Sukarno dan Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden berkat aksi gerak cepat Oto Iskandardinata. “Berhubung dengan keadaan waktu saya harap supaya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan dengan aklamasi dan saya majukan sebagai calon, yaitu Bung Karno sendiri. Dan saya usulkan Bung Hatta menjadi Wakil Kepala Negara Indonesia,” kata Oto disambut tepuk tangan 25 peserta sidang, dilanjutkan suara pekik kemerdekaan dan lagu Indonesia Raya. - Politik Penulis Indira ArdanareswariEditor Nuran Wibisono
Jakarta - Sidang BPUPKI yang pertama merupakan peristiwa penting yang berkaitan dengan lahirnya Pancasila. BPUPKI merupakan singkatan dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan bahasa Jepang, BPUPKI kala itu disebut sebagai Dokuritsu Junbi Cosakai. Mengutip dari buku IPS Terpadu Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah karya Nana Supriatna, Mamat Ruhimat, dan Kosim, badan ini didirikan oleh Letnan Jenderal Kumakici Harada pada 1 Maret tujuan Jepang membentuk BPUPKI untuk meredam semangat nasional bangsa Indonesia agar tidak membahayakan kedudukannya. Tugasnya, adalah untuk menyelidiki dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan tata pemerintahan atau pembentukan negara Indonesia sidang pertama BPUPKI digelar?Sidang BPUPKI yang pertama dilaksanakan pada 29 Mei-1 Juni 1945. Sedangkan sidang kedua dilakukan pada 10-16 Juli BPUPKI terdiri atas 60 orang Indonesia dan 7 orang Jepang. Badan ini dipimpin oleh Radjiman Wedyodiningrat dan R. P. Suroso sebagai buku Sejarah SMA/MA Kelas XI IPS karya Ignas Kingkin Teja, dkk., ada 5 orang Tionghoa yang menjadi anggota. Kelimanya adalah Liem Koen hiam, Tan eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Jauw, dan Drs. Yap Tjwan yang dibahas dalam sidang BPUPKI pertama?Pada sidang pertama, BPUPKI lebih banyak membahas soal dasar-dasar negara. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Sukarno mengajukan usulan-usulannya mengenai dasar negara pada 29 Mei sidang yang dilakukan di gedung Cho Sang In Dewan Pertimbangan Pusat Jakarta ini, gagasan Sukarno dirasa paling tepat untuk Indonesia. Dalam sidang ke-1 BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno untuk pertama kali mengemukakan lima asas yang diistilahkan istilah ini sesuai dengan pendapat seorang ahli bahasa. Berikut kelima asas yang ia kemukakan1. Kebangsaan Indonesia2. Internasionalisme3. Mufakat atau demokrasi4. Kesejahteraan sosial5. KetuhananSetelah sidang pertama ini selesai, diadakan masa reses selama satu bulan. Akan tetapi, sebelum masa reses tersebut, dibentuk panitia untuk menampung saran dan pendapat para anggota BPUPKI pada sidang yang inilah yang disebut panitia Sembilan. Pada panitia Sembilan, Sukarno bertindak sebagai itulah tanggal dilaksanakannya sidang BPUPKI yang pertama serta sejarah yang menyertainya. Semoga bermanfaat, detikers! Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] pal/pal
JAKARTA - BPUPKI Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk pada tanggal 29 April 1945. Sidang dilakukan sebanyak dua kali yang dilaksanakan oleh para tokoh-tokoh nasional dengan tujuan menyelidiki dan merumuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembentukan negara yang berdaulat. Persidangan BPUPKI atau dalam bahasa Jepang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai bertempat di Gedung Volksraad yakni bangunan bergaya klasik Yunani-Romawi yang berlokasi di Pejambon. Bersumber dari Jurnal Artefak oleh Universitas Siliwangi, berikut merupakan hasil sidang BPUPKI yang dirangkum pada Selasa, 3/8/2021. Sidang Pertama Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1945 yang dibuka oleh ketua BPUPKI yakni Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Hasil sidang disebarluaskan ke daerah-daerah melalui utusan-utusan yang ditugaskan dengan membawa kabar menjelaskan hasil dari persidangan pertama dari tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama membahas hal yang mendasar namun mendalam terkait dengan dasar-dasar Indonesia Merdeka. Terdapat tiga pembicara yang mengemukakan pandangannya terkait dasar-dasar negara Indonesia Merdeka, diantaranya Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr. Mr. R. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Usulan Mr. Muhammad YaminPeri Kebangsaan Peri Kemanusiaan Peri Ketuhanan Peri Kerakyatan Kesejahteraan RakyatUsulan Prof. Dr. Mr. R. SoepomoPersatuan Kekeluargaan Mufakat dan demokrasi Musyawarah Keadilan SosialUsulan Ir. Soekarno Kebangsaan Indonesia Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan Mufakat dan demokrasiKesejahteraan SosialKetuhanan Yang Maha EsaDasar negara yang telah dikemukakan Ir. Soekarno kepada sidang BPUPKI terdiri dari lima azas yang disebut dengan Pancasila. Panca memiliki arti lima dan sila artinya azas atau dasar. Nama Pancasila diusulkan oleh Muhammad Yamin yang juga merupakan ahli bahasa. Soekarno juga menyebutkan bahwa Pancadharma tidak tepat digunakan karena “dharma” memiliki arti kewajiban sedangkan sidang pada saat itu bertujuan untuk mencari dasar Indonesia Merdeka. Sidang Kedua Sidang BPUPKI kedua dilaksanakan pada tanggal 10 hingga 17 Juli 1945. Persidangan bertempat di Gedung Pejambon Jakarta. Sidang masih dibuka oleh Ketua BPUPKI. Pada sidang hari pertama terbentuk tiga panitia kerja yakni Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Panitia Perancang Bagian Pembelaan Tanah Air, dan Panitia Perancang Ekonomi dan Keuangan. Persidangan kedua ini membahas bentuk negara. Hasil dari pemungutan suara menunjukkan bahwa 55 suara menyetujui bentuk negara Republik, 6 suara memilih kerajaan, 2 suara memilih lain-lain, dan 1 suara blanko. Selain itu, persidangan juga membahas yang berkaitan dengan penyusunan Undang-Undang Dasar, susunan pemerintah, dan bentuk negara antar unitarisme dan federalisme. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor Novita Sari Simamora Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam
Jakarta - Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI menyelenggarakan sidang untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia sebanyak dua kali. Seperti apa hasil sidang BPUPKI pertama?Sebelumnya, menurut buku Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan karya Tim Ganesha Operation, pembentukan BPUPKI ini bertujuan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan berbagai syarat yang harus Indonesia penuhi sebagai negara yang merdeka. Dipimpin oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat, BPUPKI pun melakukan sidang sebanyak dua kali untuk mempersiapkan itu seperti apa hasil sidang BPUPKI pertama?Sidang pertama BPUPKI berlangsung mulai pada 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 di gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta sekarang gedung Departemen Luar Negeri. Agenda dari sidang pertama BPUPKI adalah merumuskan dasar falsafah negara Indonesia yang akan berbagai pandangan yang dikemukakan tentang dasar negara Indonesia. Pandangan-pandangan itu disampaikan oleh Moh. Yamin, Prof. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Berikut ini rumusan dasar negara yang digagas oleh Moh. Yamin pada 31 Mei 19451. Peri kebangsaan2. Peri kemanusiaan3. Peri ketuhanan4. Peri kerakyatan5. Kesejahteraan rakyatSementara itu, gagasan dari Prof. Soepomo yang disampaikan pada hari yang sama berbunyi, di antaranya1. Persatuan2. Kekeluargaan3. Keseimbangan lahir dan batin4. Musyawarah5. Keadilan sosialKemudian, tokoh terakhir yang mengemukakan pendapatnya tentang dasar negara Indonesia adalah Ir. Soekarno. Beliau menyampaikan pendapatnya pada 1 Juni 1945, di antaranya1. Kebangsaan Indonesia2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan3. Mufakat dan demokrasi4. Kesejahteraan sosial5. Ketuhanan yang Maha EsaAtas usulan dari teman Ir. Soekarno yang seorang ahli bahasa, kelima dasar negara yang diusulkan olehnya dinamakan Pancasila. OIeh karena itu, pada 1 Juni 1945 dikenal sebagai hari lahirnya sidang BPUPKI pertama ini berakhir, mereka masih belum menghasilkan rumusan tentang dasar negara. Namun, hanya berbentuk pandangan-pandangan umum tentang dasar negara Indonesia merdeka. Hal inilah yang membuat BPUPKI membentuk sebuah panitia kecil yang diketuai oleh Ir. Soekarno ini bertugas untuk menampung saran, usul, dan konsep-konsep yang diberikan. Setelah panitia kecil ini terbentuk, BPUPKI kemudian reses istirahat selama lebih dari satu pada tanggal 22 Juni 1945, panitia kecil yang diberi nama Panitia Sembilan ini mengadakan sidang yang menghasilkan rancangan pembukaan Undang-undang Dasar UUD. Menurut buku IPS Terpadu karya Drs. Anwar Kurnia, hasil sidang inilah yang dikenal dengan nama Piagam Jakarta yang isinya pun termuat rumusan dasar dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun hasil sidang BPUPKI pertama masih belum berhasil untuk menetapkan dasar negara, tetapi telah ada kesepakatan bahwa dasar negara yang akan digunakan adalah detikers? Sekarang sudah paham 'kan seperti apa bentuk hasil sidang BPUPKI pertama. Selamat belajar, ya! Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] rah/lus
sidang bpupki yang pertama menyepakati bahwa negara indonesia berbentuk